Pages

Senin, 03 Maret 2014

Minggu, 02 Maret 2014

Profile SMKN 1 Mundu Cirebon

Untuk pertama kalinya sekolah ini berdiri dan beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1965 berdasar SK Mendikbud No. 79/Dirpt/Bi/65, tanggal 8 Juli 1965 dengan nama Sekolah Teknologi Menengah Perikanan Laut (STM-PL) Negeri Cirebon, berlokasi di Jalan Pasuketan No. 15 Kodya Cirebon, dengan dua jurusan, yaitu:
1.   Teknik Penangkapan Ikan (TPI)
2.   Processing/Pengolahan Ikan  (PI)
Pada tahun 1973, berpindah alamat ke Jalan Kalijaga Mundupesisir No. 01 Cirebon.  Berdasarkan SK Mendikbud No. 0298/0/1976, tanggal 9 Desember 1976,  berganti nama menjadi Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMT Pertanian) Negeri Cirebon, dengan dua program studi, yaitu
1.  Teknologi Penangkapan Ikan (TPI)
2.  Teknologi Hasil Pertanian (THP)

 
 
Pada tahun ajaran 1988/1989 dibuka program studi baru, yaitu Budidaya Ikan (BI). Pada tahun 1997 seluruh sekolah kejuruan (STM,SMEA,  SMKK,  SMT Pertanian dan sejenisnya) diseragamkan namanya menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sejak itu SMT Pertanian Negeri Cirebon berrganti nama menjadi SMK Negeri 1 Mundu Cirebon dan membuka 2 program keahlian baru yaitu : Teknika Kapal Penangkapan Ikan (TKPI) dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

.: Identitas Sekolah :.

NPSN : 20214795
NSS : 581021709001
Nama Sekolah : SMKN 1 MUNDU CIREBON
Tahun Dibuka : 1965
Tahun Akhir Renovasi : 2012
Alamat : JL. Raya Mundu Pesisir No. 01
Desa/Kelurahan : Mundu Pesisir
Kode Pos : 45173
Kecamatan : Kecamatan Mundu
Kabupaten : Kabupaten Cirebon
Provinsi : Propinsi Jawa Barat
Status Sekolah : Negeri
Bentuk Sekolah : Biasa/Konvensional
Jenis Sekolah : SMK
Jarak Sekolah Sejenis : 1 km
Waktu Penyelengaraan : Pagi
Sertifikasi ISO : 9001:2008
Latitude : -6.750599286626908
Longitude : 108.58911663293839

.: Dokumen dan Perijinan :.

No. SK Pendirian : 79/Dirpt/BI/1965
Tgl. SK Pendirian : 07-08-1965
No.SK Akhir Sekolah : 79/Dirpt/BI/1965
Tgl. SK Akhir Sekolah : 07-08-1965
Akreditasi : Terakreditasi A
No. SK Akreditasi : 00200/536/BAN-SM/XI/2010
Tgl. SK Akreditasi : 09-11-2010

.: Program Keahlian :.

1.  Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI)
2.  Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI)
3.  Agribisnis Perikanan (AP)
4.  Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPi)
5.  Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)

.: Kontak :.

Telpon : 0231-510385 atau 0231-510956
No. Fax : 0231-510385
Email : smk1mundu@yahoo.co.id
Website : www.smkn1-mundu.sch.id

SUNAN GUNUNG JATI

SUNAN GUNUNG JATI
1.       Asal Usul Sunan Gunung Jati


Dalam usia yang begitu muda Syarif Hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai Raja Mesir tapi anak yang masih berusia dua puluh tahun itu tidak mau. Dia dan ibunya bermaksud pulang ke tanah jawa berdakwah di Jawa Barat. Kedudukan ayahnya itu kemudian diberikan kepada adiknya yaitu Syarif Nurullah.

Sewaktu berada di negeri Mesir Syarif Hidayatullah berguru kepada beberapa ulam besar didaratan timur tengah. Dalam usia muda itu ilmunya sudah sangat banyak, maka ketika pulang ke tanah leluhurnya yaitu Jawa ia tidak merasa kesulitan melakukan dakwah.

2.       Perjuangan Sunan Gunung Jati

Sering kali terjadi kerancuan antara nama Fatahillah dengan Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati. Orang menganggap Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah satu, tetapi yang benar adalah dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran adalah seorang penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunung Jati. Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis. Bukti bahwa Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sunan Gunung Jati yang ada tulisan Tubagus Pasai adalah Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut Lidah Orang Portugis......


Syarif Hidayatullah dan ibunya Syarifah Muda’im datang ke negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Syekh Datuk Kahfi sudah wafat, guru Pangeran Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Dengan alasan agar selalu dekat dengan makam gurunya. Syarifah Muda’im minta diizinkan tinggal di Pasambangan atau Gunung Jati.

Syarifah Muda’im dan puteranya Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Lahfi. Sehingga kemudian hari Syarif Hidayatullah terkenal sebagai Sunan Gunung Jati. Tibalah saat yang ditentukan, pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. Selanjutnya yaitu pada tahun 1479 karena usia lanjut pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah dengan gelar Susuhan yaitu orang yang dijunjung tinggi.

Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tetapi tidak mau. Meski Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran.

Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanannya ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu. Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh Adipati Banten. Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan puteri Adipati Banten yang bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinannya inilah kemudian Syarif Hidayatullah dikaruniai dua orang putera yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking. Dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau sering bermusyawarah dengan anggota para wali  lainnya di mesjid Demak. Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdirinya mesjid Demak.

Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para wali lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia memploklamirkan diri sebagai raja yang pertama dengan gelar Sultan. Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh.

Dengan bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain seperti: Surakanta, Japura, Wanagiri, Telaga dan lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Keslutanan Cirebon. Lebih-lebih dengan diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah Kasultanan Cirebon. Banyak pedagang besar dari negeri asing datang menjalin persahabatan. Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga istana Cirebon kawin dengan pembesar dari negeri Cina yang berkunjung ke Cirebon yaitu Ma Huan. Maka jalinan antara Cirebon dan negeri Cina makin erat.

Bahkan Sunan Gunung Jati pernah diundang ke negeri Cina dan kawin dengan puteri Kaisar Cina bernama puteri Ong Tien. Kaisar Cina pada saat itu dari dinasti Ming juga beragama Islam. Dengan perkawinan itu sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan negeri Cina, hal ini ternyata menguntungkan bangsa Cina untuk dimanfaatkan dalam dunia perdagangan.

Sesudah kawin dengan Sunan Gunung Jati, puteri Ong Tien diganti namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah puteri Ong Tien ini membekali puterinya dengan harta benda yang tidak sedikit. Sebagian besar barang-barang peninggalan puteri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat yang aman. Istana dan Mesjid Cirebon kemudian dihiasi lagi dengan motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina.

Mesjid Agung Sang Ciptarasa dibangun pada tahun 1980 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati atau isteri Sunan Gunung Jati. Dari pembangunan mesjid itu melibatkan banyak pihak, diantaranya Wali Songo dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapat penghormatan untuk mendirikan Soko Tatal sebagai lambang persatuan umat. Selesai membangun mesjid, diteruskan dengan membangun jalan raya yang menhubungkan Cirebon dengan daerah-daerah Kadipaten lainnya untuk memperluas pengembangan Islam diseluruh tanah pasundan. Prabu Siliwangi hanya bisa menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon yang semakin luas itu. Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah semakin terhimpit.

Pathak Warak menyumpah-nyumpah, hatinya marah sekali diperlakukan seperti itu. Apalagi dilihatnya para tamu undangan menertawakan kekonyolan itu, diapun semakin malu. Hampir saja Roroyono ditamparnya kalau tidak ingat bahwa gadis itu adalah puteri gurunya.

Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa Portugis. Selanjutnya mereka ingin memperluas kekuasaannya ke pulau jawa. Pelabuhan sunda kelapa yang jadi incaran mereka untuk menancapkan kuku penjajahan. Demak Bintoro tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan nusantara. Oleh karena itu Raden Patah mengirim adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor untuk menyerang Portugis di Malaka. Ada salah seorang pejuang Malaka yang ikut ke tanah jawa yaitu Fatahillah. Ia bermaksud meneruskan perjuangannya di tanah jawa. Dan dimasa Sultan Trenggana ia diangkat menjadi panglima perang.

Pengalaman adalah guru yang terbaik, dari pengalamannya bertempur di Malaka tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara dan siasat Portugis. Itu sebabnya dia dapat memberi komando dengan tepat dan setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang. Akhirnya Portugis dan Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedang tentara Pajajaran cerai berai tak menentuk arahnya.

Selanjutnya Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak yaitu sisa-sisa pasukan Pajajaran. Usaha ini tidak menemui kesulitan karena Fatahillah dibantu putera Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran Sebakingking. Dikemudian hari Pangeran Sebakingking ini menjadi penguasa Banten dengan gelar Pangeran Hasanuddin.

Kurang lebih sekitar tahun 1479, Sunan Gunung Jati pergi ke daratan Cina dan tinggal didaerah Nan King. Di sana ia digelari dengan sebutan Maulana Insanul Kamil.

Daratan Cina sejak lama dikenal sebagai gudangnya ilmu pengobatan, maka disanalah Sunan Gunung Jati juga berdakwah dengan jalan memanfaatkan ilmu pengobatan. Beliau menguasai ilmu pengobatan tradisional. Disamping itu , pada setiap gerakan fisik dari ibadah Sholat sebenarnya merupakan gerakan ringan dari terapi pijat atau akupuntur, terutama bila seseorang mau mendirikan Sholat dengan baik, benar lengkap dengan amalan sunah dan tuma’ninahnya. Dengan mengajak masyarakat Cina agar tidak makan daging babi yang mengandung cacing pita, dan giat mendirikan sholat lima waktu, maka orang yang berobat kepada Sunan Gunung Jati banyak yang sembuh sehingga nama Gunung Jati menjadi terkenal di seluruh daratan Cina.

Di negeri naga itu Sunan Gunung Jati berkenalan dengan Jenderal Ceng Ho dan sekretaris kerajaan bernama Ma Huan, serta Feis Hsin, ketiga orang ini sudah masuk Islam. Pada suatu ketika Sunan Gunung Jati berkunjung ke hadapan kaisar Hong Gie, pengganti kaisar Yung Lo dengan puteri kaisar yang bernama Ong Tien. Menurut versi lain yang mirip sebuah legenda, sebenarnya kedatangan Sunan Gunung Jati di negeri Cina adalah karena tidak sengaja. Pada suatu malam, beliau hendak melaksanakan sholat tahajjud. Beliau hendak sholat di rumah tetapi tidak khusu’ lalu beliau sholat di mesjid, di mesjid juga belum khusu’. Beliau heran padahal bagi para wali, sholat tahajjud itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kemudian Sunan Gunung Jati sholat diatas perahu dengan khusu’. Bahkan dapat tidur dengan nyenyak setelah sholat dan berdo’a.

Ketika beliau terbangun beliau merasa kaget. Daratan pulau jawa tidak nampak lagi. Tanpa sepengetahuannya beliau telah dihanyutkan ombak hingga sampai ke negeri Cina. Di negeri Cina beliau membuka praktek pengobatan. Pendudu Cina yang berobat disuruhnya melaksanakan sholat. Setelah mengerjakan sholat mereka sembuh. Makin hari namanya makin terkenal, beliau dianggap sebagai sinshe yang berkepandaian tinggi terdengar oleh kaisar. Sunan Gunung Jati dipanggil keistana, kaisar hendak menguji kepandaian Sunan Gunung Jati sebagai tabib dia pasti dapat mengetahui mana seorang yang hamil muda atau belum hamil.

Dua orang puteri kaisar disuruh maju. Seorang diantara mereka sudah bersuami dan sedang hamil muda atau baru dua bulan. Sedang yang seorang lagi masih perawan namun perutnya diganjal dengan bantal sehingga nampak seperti orang hamil. Sementara yang benar-benar hamil perutnya masih kelihatan kecil sehingga nampak seperti orang yang belum hamil. Hai tabib asing, mana diantara puteriku yang hamil? Tanya kaisar.

Sunan Gunung Jati diam sejenak. Ia berdoa kepada Tuhan.

Hai orang asing mengapa kau diam? Cepat kau jawab! Teriak kaisar Cina.

Dia! Jawab Sunan Gunung Jati sembari menunjuk puteri Ong Tien yang masih Perawan. Kaisar tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban itu. Demikiann pula seluruh balairung istana kaisar.

Namun kemudian tawa mereka terhenti, karena puteri Ong Tien menjerit keras sembari memegangi perutya.

Ayah! Saya benar-benar hamil.

Maka gemparlah seisi istana. Ternyata bantal diperut Ong Tien telah lenyap entah kemana. Sementara perut puteri cantik itu benar-benar membesar seperti orang hamil.

Kaisar menjadi murka. Sunan Gunung Jati diusir dari daratan Cina. Sunan Gunung Jati menurut, hari itu juga ia pamit pulau ke pulau jawa. Namun puteri Ong Tien ternyata terlanjur jatuh cinta kepada Sunan Gunung Jati maka dia minta kepada ayahnya agar diperbolehkan menyusul Sunan Gunung Jati ke pulau Jawa.

Kaisar Hong Gie akhirnya mengijinkan puterinya menyusul Sunan Gunung Jati ke pulau Jawa. Puteri Ong Tien dibekali harta benda dan barang-barang berharga lainnya seperti bokor, guci emas dan permata. Puteri cantik itu dikawal oleh tiga orang pembesar kerajaan yaitu Pai Li bang seorang menteri negara. Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang adalah salah seorang murid Sunan Gunung Jati tatkala beliau berdakwah di Cina.

Dalam pelayarannya ke pulau jawa, mereka singgah di kadipaten Sriwijaya. Begitu mereka datang para penduduk menyambutnya dengan meriah sekali. Mereka merasa heran.

Ada apa ini? Pai Li Bang bertanya kepada tetua masyarakat Sriwijaya.

Tetua masyarakat balik bertanya. Siapa yang bernama Pai Li Bang?

Saya sendiri, jawab Pai Li Bang.

Kontan Pai Li Bang digotong penduduk diatas tandu. Dielu-elukan sebagai pemimpin besar. Dia dibawa ke istana Kadipaten Sriwijaya.

Setelah duduk dikursi Adipati, Pai Li Bang bertanya, sebenarnya apa yang terjadi?

Tetua masyarakat itu menerangkan. Bahwa adipati Ario Damar selaku pemegang kekuasaan Sriwijaya telah meninggal dunia. Penduduk merasa bingung mencari penggantinya, karena putera Ario Damar sudah menetap di Pulau Jawa. Yaitu Raden Fatah dan Raden Hasan.

Dalam kebingungan itulah muncul Sunan Gunung Jati, beliau berpesan bahwa sebentar lagi akan datang rombongan muridnya dari negeri Cina, namanya Pai Li Bang. Muridnya itulah yang pantas menjadi pengganti Ario Damar. Sebab muridnya itu adalah seorang menteri negara di negeri Cina.

Setelah berpesan begitu Sunan Gunung Jati meneruskan pelayarannya ke pulau jawa. Pai Li Bang memang muridnya. Dia semakin kagum dengan gurunya yang ternyata mengetahui sebelum kejadian, tahu kalau dia bakal menyusul ke pulau jawa. Pai Li Bang tidak menolak keinginan gurunya, dia bersedia menjadi adipati Sriwijaya. Dalam pemerintahannya Sriwijaya maju pesat sebagai kadipaten yang paling makmur dan aman. Setelah Pai Li Bang meninggal dunia maka nama kadipaten Sriwijaya diganti menjadi nama kadipaten Pai Li Bang, dalam perkembangannya karena proses pengucapan lidah orang Sriwijaya maka lama kelamaan kadipaten itu lebih dikenal dengan sebutan Palembang hingga sekarang.

Sementara itu puteri Ong Tien meneruskan pelayarannya hingga ke pulau jawa. Sampai di Cirebon dia mencari Sunan Gunung Jati, tapi Sunan Gunung Jati sedang berada di Luragung. Puteri itupun menyusulnya. Pernikahan antara puteri Ong Tien denga Sunan Gunung Jati terjadi pada tahun 1481, tapi sayang pada tahun 1485 puteri Ong Tien meninggal dunia. Maka jika anda berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon jangan lah merasa heran disana banyak ornamen cina dan nuansa cina lainnya. Memang ornamen dan barang-barang antik itu berasal dari cina.

Wali songo selalu bermusyawarah apabila menghadapi suatu masalah pelik yang berkembang di masyarakat. Termasuk kebijakan dakwah yang mereka lakukan kepada masyarakat jawa.

Mula-mula sunan Ampel tidak setuju atas cara dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Namun Sunan Kudus mengajukan pedapatnya. Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada agama tauhid maka kita akan memberikannya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan lama yang jelas-jelas menjurus ke arah kemusyrikan kita tinggal sama sekali. Sebagai misal, gamelan dan wayang kulit, kita bisa memberinya warna Islam sesuai dengan selera masyarakat. Adapun tentang kekuatiran kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa dibelakang hari akan ada orang yang menyempurnakannya.

Adanya dua pendapat yang seakan bertentangan tersbut sebanarnya mengandung hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar Islam cepat diterima oleh orang jawa, dan ini terbukti, dikarenakan dua wali tersebut pandai mengawinkan adat istiadat lama yang dapat ditolerir Islam maka penduduk jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama Islam. Pada prinsipnya mereka mau menerima Islam dengan lebih dahulu dan sedikit  demi sedikit kemudian mereka akan diberi pengertian akan kebersihan tauhid dalam iman mereka.

Sebaliknya, adanya pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat umat semakin berhati-hari menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala macam bid’ah. Inilah jasa Sunan Ampel yang sangat besar, dengan peringatan inilah beliau telah menyelamatkan aqidah umat agar tidak tergelincitr ke lembah musyrik.


sejarah smk n 1 mundu cirebon

  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU4EA7d1f9gBulbl8EYtb-po88aniD_z0TXcsmD-j0NZgh427-RvvzJWoyvQ7s1ijEkdOOC2CjS7pFVSksbc2u3kePXUs_7NNO-4Su8IrHGg4jZtOSgfSdxCyPv53ANCin2KJV6HP3Z1On/s1600/Slide1.JPG

Untuk pertama kalinya sekolah ini berdiri dan beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1965,berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No.79/DIRPT/Bi/65 tanggal 8 Juli 1965 dengan nama sekolah teknologi menengah perikanan laut(STM-PL)Negeri Cirebon berlokasi di jalan Pasuketan No.15 Kodya Cirebon,dan membuka 2 (dua) jurusan ,yaitu:

1)Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan(TPI)

2)Jurusan Prosesing atau Penangkapan Ikan

Pada tahun 1973 STM-Pl Cirebon Pindah ke jalan Kalijaga Mundu Pesisir No.1 Kabupaten Cirebon.Dan berdasarkan surat keputusan menter pendidikan dan kebudayaan No.0298/0/1976 Tanggal 9 Desember 1976 nama sekolah diganti menjadi Sekolah Menengahh Pertanian (SMT-Pertanian)Negeri Cirebon,dan tetap membuka 2(dua) jurusan ,yaitu:

1)Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan(TPI)

2)Jurusan Teknologi Hasil Pertanian(THP)

Pada tahun Pelajaran 1988/1989 dibuka jurusan baru ,yaitu:

Budidaya Ikan(BI)

Pada tahun 1997 seluruh sekolah kejuruan di Indonesia(STM,SMEA,SMT Pertanian,SKKA,dan sejenisnya)diseragamkan namanya menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),sehngga SMT Pertanian Mundu Cirebon berganti nama menjadi SMKNegeri 1Mundu Cirebon,dengan memiliki  3 (tiga) bidang keahlian,yaitu:

1)Bidang Keahlian Nautika Perikanan Laut(NPL)yang berubah nama dari TPI

2)Bidang Keahlian Teknologi Hasil Perikanan(THP)

3)Bidang Keahlian Budidaya Ikan (BI)

Pada tahun Pelajaran 2000/2003 bidang keahlian di SMK Negeri 1 Mundu Cirebon Bertambah satu diantaranya:

1)Bidang Keahlian Nautika Perikanan Laut (NPL)

2)Bidang Keahlian Teknologi Hasil Perikanan (THP)

3)Bidang Keahlian Budidaya Ikan (BI)

4)Bidang Keahlian Teknika (TPL)

Pada tahun 2005 sekolah kita mendapatkan prestasi yang membanggakan yatu pengakuan dari Dunia Internasional dengan mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000.

Pada tahun pelajaran  2006/2007  bidang keahlian di SMK Negeri 1 Mundu Cirebon bertambah satu jurusan lagi ,dan nama jurusan pun di ganti menjadi,diantaranya:

1)Nautika Kapal Penangkapan Ikan(NKPI)

2)Teknolog Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPi)

3)Budidaya Ikan Air Payau (BIAP)

4)Teknik Kapal Penangkapan Ikan (TKPI)

5)Teknik Komputer Jaringan (TKJ)

Pada tahun 2010 sekolah kita kembali mendapat pengakuan dari Dunia Internasional dengan mendapatkan sertifikat ISO terbaru yaitu ISO 2001:2008.

 

Senin, 27 Januari 2014

Sejarah Kota Cirebon

    KISAH asal-usul Cirebon dapat ditemukan dalam historiografi tradisional yang ditulis dalam bentuk manuskrip (naskah) yang ditulis pada abad ke-18 dan ke-19. Naskah-naskah tersebut dapat dijadikan pegangan sementara sehingga sumber primer ditemukan.
 
    Diantara naskah-naskah yang memuat sejarah awal Cirebon adalah Carita Purwaka Caruban Nagari, Babad Cirebon, Sajarah Kasultanan Cirebon, Babad Walangsungsang, dan lain-lain. Yang paling menarik adalah naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, ditulis pada tahun 1720 oleh Pangeran Aria Cirebon, Putera Sultan Kasepuhan yang pernah diangkat sebagai perantara para Bupati Priangan dengan VOC antara tahun 1706-1723. 
Dalam naskah itu pula disebutkan bahwa asal mula kata “Cirebon” adalah “sarumban”, lalu mengalami perubahan pengucapan menjadi “Caruban”. Kata ini mengalami proses perubahan lagi menjadi “Carbon”, berubah menjadi kata “Cerbon”, dan akhirnya menjadi kata “Cirebon”. Menurut sumber ini, para wali menyebut Carbon sebagai “Pusat Jagat”, negeri yang dianggap terletak ditengah-tengah Pulau Jawa. Masyarakat setempat menyebutnya “Negeri Gede”. Kata ini kemudian berubah pengucapannya menjadi “Garage” dan berproses lagi menjadi “Grage”.
Menurut P.S. Sulendraningrat, penanggung jawab sejarah Cirebon, munculnya istilah tersebut dikaitkan dengan pembuatan terasi yang dilakukan oleh Pangeran Cakrabumi alias Cakrabuana. Kata “Cirebon” berdasarkan kiratabasa dalam Bahasa Sunda berasal dari “Ci” artinya “air” dan “rebon” yaitu “udang kecil” sebagai bahan pembuat terasi. Perkiraan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa dari dahulu hingga sekarang, Cirebon merupakan penghasil udang dan terasi yang berkualitas baik.
Berbagai sumber menyebutkan tentang asal-usul Sunan Gunung Jati, pendiri Kesultanan Cirebon. Dalam sumber lokal yang tergolong historiografi, disebutkan kisah tentang Ki Gedeng Sedhang Kasih, sebagai kepala Nagari Surantaka, bawahan Kerajaan Galuh. Ki Gedeng Sedhang Kasih, adik Raja Galuh, Prabu Anggalarang, memiliki puteri bernama Nyai Ambet Kasih. Puterinya ini dinikahkan dengan Raden Pamanah Rasa, putra Prabu Anggalarang.
Karena Raden Pamanah Rasa memenangkan sayembara lalu menikahi puteri Ki Gedeng Tapa yang bernama Nyai Subanglarang, dari Nagari Singapura, tetangga Nagari Surantaka. Dari perkawinan tersebut lahirlah tiga orang anak, yaitu Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang dan Raja Sangara. Setelah ibunya meninggal, Raden Walangsungsang serta Nyai Lara Santang meninggalkan Keraton, dan tinggal di rumah Pendeta Budha, Ki Gedeng Danuwarsih.
Puteri Ki Gedeng Danuwarsih yang bernama Nyai Indang Geulis dinikahi Raden Walangsungsang, serta berguru Agama Islam kepada Syekh Datuk Kahfi. Raden Walangsungsang diberi nama baru, yaitu Ki Samadullah, dan kelak sepulang dari tanah suci diganti nama menjadi Haji Abdullah Iman. Atas anjuran gurunya, Raden Walangsungsang membuka daerah baru yang diberi nama Tegal Alang-alang atau Kebon Pesisir. Daerah Tegal Alang-alang berkembang dan banyak didatangi orang Sunda, Jawa, Arab, dan Cina, sehingga disebutlah daerah ini “Caruban”, artinya campuran. Bukan hanya etnis yang bercampur, tapi agama juga bercampur.
Atas saran gurunya, Raden Walangsungsang pergi ke Tanah Suci bersama adiknya, Nyai Lara Santang. Di Tanah Suci inilah, adiknya dinikahi Maulana Sultan Muhammad bergelar Syarif Abdullah keturunan Bani Hasyim putera Nurul Alim. Nyai Lara Santang berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.
Dari perkawinan ini, lahirlah Syarif Hidayatullah yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati. Dilihat dari Genealogi, Syarif Hidayatullah yang nantinya menjadi salahseorang Wali Sanga, menduduki generasi ke-22 dari Nabi Muhammad.
Sesudah adiknya kawin, Ki Samadullah atau Abdullah Iman pulang ke Jawa. Setibanya di tanah air, mendirikan Masjid Jalagrahan, dan membuat rumah besar yang nantinya menjadi Keraton Pakungwati. Setelah Ki Danusela meninggal Ki Samadullah diangkat menjadu Kuwu Caruban dan digelari Pangeran Cakrabuana. Pakuwuan ini ditingkatkan menjadi Nagari Caruban larang. Pangeran Cakrabuana mendapat gelar dari ayahandanya, Prabu Siliwangi, sebagai Sri Mangana, dan dianggap sebagai cara untuk melegitimasi kekuasaan Pangeran Cakrabuana.
Setelah berguru di berbagai negara, kemudian berguru tiba di Jawa. Dengan persetujuan Sunan Ampel dan para wali lainnya disarankan untuk menyebarkan agama Islam di Tatar Sunda. Syarif Hidayatullah pergi ke Caruban Larang dan bergabung dengan uwaknya, Pangeran Cakrabuana. Syarif Hidayatullah tiba di pelabuhan Muara Jati kemudian terus ke Desa Sembung-Pasambangan, dekat Amparan Jati, dan mengajar Agama Islam, menggatikan Syekh Datuk Kahfi.
Syekh Jati juga mengajar di dukuh Babadan. Di sana ia menemukan jodohnya dengan Nyai Babadan Puteri Ki Gedeng Babadan. Karena isterinya meninggal, Syekh Jati kemudian menikah lagi dengan Dewi Pakungwati, puteri Pangeran Cakrabuana, disamping menikahi Nyai Lara Bagdad, puteri sahabat Syekh Datuk Kahfi.
Syekh Jati kemudian pergi ke Banten untuk mengajarkan agama Islam di sana. Ternyata Bupati Kawunganten yang keturunan Pajajaran sangat tertarik, sehingga masuk Islam dan memberikan adiknya untuk diperistri. Dari perkawinan dengan Nyai Kawunganten, lahirlah Pangeran Saba Kingkin, kelak dikenal sebagai Maulana Hasanuddin pendiri Kerajaan Banten. Sementara itu Pangeran Cakrabuana meminta Syekh Jati menggantikan kedudukannya dan Syarif Hidayatullah pun kembali ke Caruban. Di Cirebon ia dinobatkan sebagai kepala Nagari dan digelari Susuhunan Jati atau Sunan Jati atau Sunan Caruban atau Cerbon. Sejak tahun 1479 itulah, Caruban Larang dari sebuah nagari mulai dikembangkan sebagai Pusat Kesultanan dan namanya diganti menjadi Cerbon.
Pada awal abad ke-16 Cirebon dikenal sebagai kota perdagangan terutama untuk komoditas beras dan hasil bumi yang diekspor ke Malaka. Seorang sejarawan Portugis, Joao de Barros dalam tulisannya yang berjudul Da Asia bercerita tentang hal tersebut. Sumber lainnya yang memberitakan Cirebon periode awal, adalah Medez Pinto yang pergi ke Banten untuk mengapalkan lada. Pada tahun 1596, rombongan pedagang Belanda dibawah pimpinan Cornellis de Houtman mendarat di Banten. Pada tahun yang sama orang Belanda pertama yang datang ke Cirebon melaporkan bahwa Cirebon pada waktu itu merupakan kota dagang yang relatif kuat yang sekelilingnya dibenteng dengan sebuah aliran sungai.
Sejak awal berdirinya, batas-batas wilayah Kesultanan Cirebon termasuk bermasalah. Hal ini disebabkan, pelabuhan Kerajaan Sunda, yaitu Sundakalapa berhasil ditaklukan. Ketika Banten muncul sebagai Kesultanan yang berdaulat ditangan putra Susuhunan Jati, yaitu Maulana Hasanuddin, masalahnya timbul, apakah Sunda Kalapa termasuk kekuasaan Cirebon atau Banten?
Bagi Kesultanan Banten, batas wilayah ini dibuat mudah saja, dan tidak pernah menimbulkan konflik. Hanya saja pada tahun 1679 dan 1681, Cirebon pernah mengklaim daerah Sumedang, Indramayu, Galuh, dan Sukapura yang saat itu dipengaruhi Banten, sebagai wilayah pengaruhnya.
Pada masa Panembahan Ratu, perhatian lebih diarahkan kepada penguatan kehidupan keagamaan. Kedudukannya sebagai ulama, merupakan salah satu alasan Sultan Mataram agak segan untuk memasukkan Cirebon sebagai daerah taklukan. Wilayah Kesultanan Cirebon saat itu meliputi Indramayu, Majalengka, Kuningan, Kabupaten dan Kotamadya Cirebon sekarang. Ketika Panembahan Ratu wafat, tahun 1649 ia digantikan oleh cucunya Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II. Dari perkawinannya dengan puteri Sunan Tegalwangi, Panembahan Girilaya memiliki 3 anak, yaitu Pangeran Martawijaya, Pangeran Kertawijaya, dan Pangeran Wangsakerta. Sejak tahun 1678, di bawah perlindungan Banten, Kesultanan Cirebon terbagi tiga, yaitu pertama Kesultanan Kasepuhan, dirajai Pangeran Martawijaya, atau dikenal dengan Sultan Sepuh I. Kedua Kesultanan Kanoman, yang dikepalai oleh Pangeran Kertawijaya dikenal dengan Sultan Anom I dan ketiga Panembahan yang dikepalai Pangeran Wangsakerta atau Panembahan Cirebon I.
Kota Cirebon tumbuh perlahan-lahan. Pada tahun 1800 Residen Waterloo mencoba membuat pipa saluran air yang mengalir dari Linggajati, tetapi akhirnya terbengkalai. Pada tahun 1858, di Cirebon terdapat 5 buah toko eceran dua perusahaan dagang. Pada tahun 1865, tercatat ekspor gula sejumlah 200.000 pikulan (kuintal), dan pada tahun 1868 3 perusahaan Batavia yang bergerak di bidang perdagangan gula membuka cabangnya di Cirebon. Pada tahun 1877, di sana sudah berdiri pabrik es, dan pipa air minum yang menghubungkan sumur-sumur artesis dengan perumahan dibangun pada tahun 1877. Pada awal abad ke-20, Cirebon merupakan salahsatu dari lima kota pelabuhan terbesar di Hindia Belanda, dengan jumlah penduduk 23.500 orang. Produk utamanya adalah beras, ikan, tembakau dan gula.***(Nina H. Lubis (ed.), Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat, 2000.)

PERJALANAN YANG MENYENANGKAN


    Cukup lama kiranya saya tidak melakukan perjalanan bareng bareng dengan kawan kawan, karena kesibuakn yang luar biasa masing masing.  Namun ketika momentum tersebut terbuka maka  kemudian kita manfaatkan dan alhamdu lillah memang benar benar menyenangkan, meskipun sesungguhnya cukup melelahkan.  Momentum tersebut ialah acara annual international conference on Islamic studiea yang duiselenggarakan di Surabaya.  Artinya kita tidak mau  mendatangi acara tahunan tersebut dengan  pesawat  yang dapat diempuh hanya dengan sekitar 40 menit saja, melainkan  dengan jalan darat bersama dengan yang lain.
   Tujuan utamanya melalui jalur darat ialah agar dapat bersama sama selama perjalanan yang sudah sekian lama tidak pernah dirasakan.  Kebersamaan tersebut nilainya sangat mahal, dibandingkan dengan rasa lelah yang mungkin didapakan.  Dan itulah yang terjadi, selama perjalanan kita ngobrol bersama dan bercerita apa saja, sehingga  perjalanan yang memakan waktu keseluruhan  sekitar 8 jam tersebut   seolah tidak terasa berat.  Kita semua sangat mensyukuri kondisi  tersebut dan memimpikan lagi  saat seperti itu dalam masa mendatang.
   Meskipun demikian tetap saja ada gangguan yang sempat membuat kami semua  agak sebel, yakni adanya perbaikan jalan, sehingga perjalanan cukup tersendat, yakni disekitar  daerah Juwana hingga menjelang Rembang.  Namun demikian setelah memasuki Rembang, dimana memang sudah waktunya makan siang, maka  kita semua menjadi lupa ketersendatan jalan, karena  kita semua makan siang di kompleks nelayan, dengan suguhan menu khusus, yakni merica dengan aneka ikan segar.  Luar biasa nikmatnya, dan karena nikmatnya tesebut seolah kami semua lupa dengan perjalanan yang masih cukup panjang.
    Tentu perjalanan tersebut sangat berbeda jauh dengan perjalanan udara yang dapat ditempuh hanya dengan beberapa menit saja,  namun memang sengaja  mengambil jalan darat, karena  tujuan seperti tersebut.  Dan nilai perjalanan tersebut sangat tinggi dibandingkan hanya sekedar perjalanan  itu sendiri secara umum. Tentu saja  karena perjalanan yang kami alami ternyata menyajikan berbagai pengalaman yang sangat mengasyikkan, disamping sedikit yang menjengkelkan tersebut.
   Kita menjadi teringat kembali dengan perjalanan hidup kita masing masing, terutama  pada masa yang lalu.  Ada sebagian daiantara kami yang pernah mengalami pengalaman menyenangkan dalam sebuah perjalanan, namun juga ada yang mengalami kejadian yang sangat memilukan atau hanya sekedar menggelikan.  Semua menjadi seolah menari di depan mata kita dan kita akhirnya dapat merasakan betapa Tuhan ternyata  sangat Bijaksana  atas segala makhluk dan hamba-Nya.
   Khusus bagi saya, perjalanan ini memang terasa istimewa, karena kurang lebih hampir satu tahun yang lalu, saya pernah melakukan perjalanan dari Semarang menuju Surabaya melalui jalan darat bersama dengan keluarga.  Namun perjalanan kala itu kami lakukan pada waktu malan hari, sehingga kami tidak dapat menikmati perjalanan, dan hanya istirahat dalam kendaraan.  Nah, saat sampai di Tuban, kejadian yang menyebabkan saya harus dirawat di rumah sakit itupun terjadi.  Saat kejadian saya dalam keadaan sedang tidur dan benar benar ingat setelah berada di rumah sakit.
   Lucunya setelah cukup siang dan saya dapat menyadari sekitar,  ternyata saya berada di rumah sakit anak dan bersalin.  Tentu saja  saya kemudian berusaha untuk pindah, dan karena ada kekhawatiran  saya, disebabakan pusing pusing dan muntah yang saya alami, maka sore harinya saya kemudian pindah ke rumah sakit Islam Sultan Agung semarang, dimana saya sampai di Semarang tengah malam.
   Nah, sesungguhnya saya  sama sekali tidak ada rasa trauma terhadap kejadian tersebut, karena saya sangat percaya kepada Tuhan dan keadilan-Nya.  Kecelakaan yang menimpa pada diri saya tersebut hanya semata mata kelalaian sopir yang kelelahan dan mengantuk, sehingga mobil yang kami tumpangi menabrak truk trailer yang sedang parkir di pinggir jalan.  Saya kebetulan orang yang rasional dalam menyikapi berbagai kejadian, baik yang menimpa diri saya maupun orang lain.  Karena itu  kejadian seperti itu sama sekali tidak mempengaruhi kondisi saya dan saya tetap dapat menikmati perjalanan panjang tersebut.
   Barangkali diantara kami juga ada pengalaman kejadian yang dialami, hanya saja  memang tidak diungkapkan, karena kami  lebih mementingkan suasana ceria yang tercipta dalam perjalanan tersebut.  Bahkan ketika ada diantara kami yang berkeinginan berhenti sejenak, hanya untuk membeli kerupuk bakar tayamum di Tuban, kitapun serentak  dan kompak  untuk menyetujuinya dan kemudian menjadikan kerupuk tersebut sebagai pelengkap di dalam mobil.
   Hanya saja memang setelah memasuki Lamongan cuaca sangat tidak mendukung dan hujanpun turun sedemikian rupa sehingga yang dapat kami lakukan ialah hanya bernyanyi  dan mendengarkan musik hingga memasuki tol Gresik, dan kebetulan juga sudah masuk Maghrib.  Tetapi kami semuanya merasa sangat puas dengan pewrjalanan tersebut, dan yang terpenting bagi kami ialah terciptanya suasana yang menyenangkan tersebut dan sudah cukup lama tidak kami dapatkan.
   Memang perjalanan apapun tidak akan dapat memberikan pengalaman bagi seseorang, kecuali kalau seseorang tersebut mau mengambilnya sendiri.  Artinya  pengalaan yang dapat diserap dalam kegiatan apapun tentu akan sangat bergantung kepada masing masing orang.  Kalau kita biarkan  begitu saja maka tidak akan ada pengalaman apapun yang dapat kita petik, tetapi sebaliknya ketika kita memperhatikan setiap apapun dengan kacamata keimanan yang ada dalam dada kita, tentu akan cukup banyak hal yang dapat memberikan inspirasi dan menambah  rasa syukur kita kepada Tuhan.
   Ambil contoh ketika  melewati  daerah Juwana Rembang sepanjang perjalanan kita disuguhi dengan pemandangan  masyarakat yang mengerjakan  pembuatan garam.  Ada yang baru membuat tempatnya dengan meratakannya sedemikian rupa; ada yang  sudah mengisinya dengan air, dan ada yang sudah memanennya.  Kami sangat kagum dengan kesunggguhan merka, padahal cuaca saat itu mendung, yang berarti  ancaman bagi mereka.  Apa lagi garam yang sudah dipanen dan diteumpuk begitu saja di tempat terbuka.  Seolah mereka sangat percaya diri bahwa hujan belum akan turun, karena mereka sama sekali tidak panik dengan kemungkinan hancurnya hasil karya mereka.
Kondisi tersebut sesungguhnya dapat memberikanpelajaran kepada kita bahwa apapun pekerjaan yang kita jalani, kalau kita lakukan dengan penuh kesungguhan dan kepercayaan diri yang kuat, serta kepasrahan  yang total kepada Tuhan, tentu akan  dapat membahagiaan kita dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
   Kita juga dapat memetik kesimpulan lain yakni tentang keadilan Tuhan kepada seluruh makhluk-Nya.  Karena  dari contoh tersebut kita dapat membayangkan betapa garam yang begitu banyaknya dan diproduksi setiap hari, tetapi konsumen juga tetap membutuhkannya.  Padahal kalau dihitung kebutuhan manusia  tentang garam tersebut kan cuma sedikit dan pembuatan garam juga tidak hanya di Rembang saja, melainkan justru yang sangat kita kenal ada di Madura.  Tetapi toh tidak ada penolakan masyarakat atas produksi garam tersebut, bahkan  pemwerintah juga masih mengimportnya dari manca negara.
   Tentu masih banyak lagi pengalaman yang dapat diungkapkan, namun yang terpenting bagi kami ialah kondisi reffresing dan kebersamaan  itu sendiri, disamping pengalaman pribadi yang justru dapat memupuk rasa kepercayaan  dan keimanan kita kepada Tuhan.  Mudah mudahan semua itu  akan memberikan pencerahan bagi kami dan  akhirnya kami akan  mampu berlaku bijak dalam semua perilaku kami. Amin....